
Benteng AMSTERDAM Foto Edy Suherman
Jejak Peninggalan Belanda & Portugis di Hila Maluku Tengah
Masih kelanjutan dari perjalanan dari masjid tertua Wapauwe dan Gereja tertua Immanuel di Hila, melangkah hanya beberapa meter maka sampailah kami ke sebuah gerbang besar di dalam Gerbang Bertuliskan FORT AMSTERDAM.
Apakah FORT NEW AMSTERDAM atau FORT AMSTERDAM itu ?
Adalah Benteng peninggalan Penjajah Belanda yang letaknya di perbatasan antara Negeri Hila dan Negeri Kaitetu ( lokasi masjid tertua di Maluku ) Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Jarak nya 42 km dari kota Ambon melawati jalan darat.Posisinya sangat strategis langsung di bibir pantai Teluk Piru menghadap kepulauan Seram.

Tampak dari depan saat memasuki gerbang benteng
Usianya sudah ratusan tahun dan merupakan bukti kejayaan VOC saat menguasai Hindia Belanda. Kisahnya berawal dari zaman Portugis diabad ke 14, dimana pusat perdagangan rempah rempah saat itu sangat ramai melewati jalur lokasi tersebut sehingga di tahu 1512 oleh Fransisco Serrao menginisiasi pembangunan bagian utama benteng, yang digunakan sebagai loji penampungan rempah rempah. Kisah kelam penjajahan Portugis akhirnya kandas dan berakhir di tahun 1605. Kekuasaan pertugas pun diserahkan ke pihak Belanda, dengan politik divide at impera nya Belanda berhasil mengusir Portugis dari Maluku dan mengambil hati rakyat Maluku saat itu, Loji itu pun ditempati Belanda sebagai benteng pertahanan dan tempat menyimpan rempah rempah.

Foto depan pagar Benteng
Dan pada tahun 1637 oleh Gubernur Jenderal Jaan Ottens loji itu di rubah fungsinya menjadi benteng pertahanan, bangunana loji lama di hancurkan dan dibuatlah benteng yang menyerupai bentuk yang ada saat ini, dan ditambahkannya pagar di sekeliling benteng, di tahun 1642 oleh Gerrard Dammer lah yang menyelesaikan pembangunan Benteng Amsterdam. Bangunan benteng itu terdiri dari Tiga lantai
- Lantai 1, ada penjara dan tempat tidur para serdadu Belanda
- Lantai 2, ruangan meeting para perwira
- Lantai 3, ruangan pemantau
Di bagian depan Benteng ada tempat meriam yang menghadap ke laut lepas, bentuknya hanya persegi empat dengan beberapa jendela di semua sisinya.
Benteng ini terbengkelai di tahun 1900-an setelah Belanda harus hengkang dari bumi Indonesia setelah masa kemerdekaan, akhirnya Benteng ini diambil alih oleh pemerintah RI, pada tahun 1991 department pendidikan dan kebudayaan merenovasi bangunan tersebut di sesuaikan dengan bentuk asli benteng. Dan menjadi objek wisata yang menjadi sepaket dengan Masjid tertua Wapauwe, Gereja Tua Immanuel karena lokasinya yang berdekatan. Rugi rasanya kalau mengunjungi salah satunya namun tak mengunjungi Benteng ini.

Ini pintu masuk Benteng

Tampak lantai 3 ruang pengintai
Ahli Botani Jerman Rumphius yang pernah hidup lama di Ambon pun pernah tinggal di benteng tersebut selama periode 1627-1702.

Tampak dari dalam jendela lantai 2

Tampak jendela di setiap sisi ada 2 jendela
Saat sebelum memasuki benteng pengunjung diarahkan isi buku tamu dibagian garud sebelum gerbang dan silahka menyumbang seikhlasnya saja. Lalu kita diperbolehkan masuk hingga lantai 3. Bagian dalam benteng sudah kosong sama sekali taka da benda perninggalan apapun.Pemandangan dari lantai pengintai pun cukup indah terhampar kepulauan Seram di depan mata. Kondisi benteng sangat kokoh dan terawatt, cat putih yang mendominasi dan atapnya berwarna merah.

Itu prasasti penjelasan tepat di sisi kiri setelah memasuki pintu benteng

Angle dari tempat peletakkan meriam yang menghadap kelaut
Benteng ini menjadi bukti akan kejayaan masa lalu VOC yang berkuasa di Maluku. Masih banyak benteng peninggalan Belanda di Maluku, nantikan ulasan berikutnya pada petulangan selanjutnya.

Hamparan laut Teluk Piru menghadap ke kepulauan Seram
Beberapa artikel terkait wisata sejarah di Hila, Maluku Tengah
Filed under: ADVENTURE IN AMBON, Ambon Corner Tagged: benteng amsterdam, benteng hila, benteng new amsterdam, benteng tua hila, pendiri benteng amsterdam
